Prosedur Dalam Layanan Bimbingan
Konseling Sosial
Di
susun sebagai tugas mata kuliah Bimbingan Konseling Sosial
Dosen: Cici Yulia, M.Pd

Di susun oleh
Kelompok 11
Husniyah (1601015090)
Stince Tin Indri Astuti (1601015114)
Tiany Vikasari Sutopo (1601015065)
Vina Uljannah (1601015086)
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2017
KATA
PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur penyusun
panjatkan ke hadirat Allah SWT, yakni atas berkat rahmat dan karunia-Nya lah penyusun
dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah
ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penyusun menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Tak lupa pula penyusun ucapkan terima kasih
kepada Dosen Cici Yulia.M.Pd yang telah membimbing penyusun dalam menyelesaikan
makalah ini. Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penyusun menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar penyusun
dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir
kata penyusun
berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.
Wasalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 25 Oktober 2017
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR
ISI............................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL.......................................................................................................
iii
BAB
I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A.
Latar Belakang........................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C.
Tujuan......................................................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN............................................................................................. 2
1. Bimbingan
Konseling Sosial...................................................................... 2
2. Prosedur
Dalam Layanan Konseling Sosial............................................... 2
3.
Tujuan Konseling....................................................................................... 5
4. Metode dan
Teknik Konseling...................................................................
6
5. Tahapan
Konseling.................................................................................... 10
BAB III PENUTUPAN............................................................................................... 13
A. Simpulan...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………......…………………
14
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bimbingan
sosial bermakna
suatu bimbingan atau bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
sosial seperti pergaulan, penyelesaian masalah konflik, penyesuaian diri dan
sebagainya. Bimbingan sosial juga bermakna suatu bimbingan atau bantuan dari
pembimbing kepada individu agar dapat mewujudkan pribadi yang mampu
bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik.
Bidang
bimbingan sosial yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam
memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat
dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial
yang lebih luas. Saat ini sosial media sebagai penunjang karir yang
menjanjikan yang diawali dengan adanya berbagai
aplikasi sosial media yang dipelopori oleh situs pertemanan seperti friendster,
facebook, twitter dan masih
banyak lagi yang sangat membantu dalam mempromosikan jasa dan produk suatu
perusahaan dan sebagai tempat yang potensial untuk mendapatkan customer baru. Orang yang menjalankan
cara ini disebut social media marketer,
oleh karena itu banyak perusahaan yang membuka lowongan untuk posisi sebagai social media marketing. Berpengetahuan luas.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa prosedur dalam layanan bimbingan
konseling sosial?
2.
Apa tujuan konseling?
3.
Apa metode dan teknik konseling?
4.
Bagaimana tahapan konseling?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui prosedur dalam layanan
bimbingan konseling sosial
2.
Untuk mengetahui tujuan konseling
3.
Untuk mengetahui metode dan teknik
konseling
4. Untuk
mengetahui tahapan konseling
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Bimbingan
Konseling Sosial
Bimbingan
sosial merupakan upaya layanan yang diberikan kepada individu agar indidvidu
mampu mengembangkan sesuai kemampuan yang dimilikinya untuk menghadapi dan
mengatasi permasalahan – permasalahan yang dialaminya, baik bersifat pribadi
maupun sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan. Dengan
cara menciptakan interaksi yang efektif, mengembangkan sistem pemahaman diri
dan sikap – sikap positif, serta dengan megembangkan kemampuan pribadi sosial.
Sehingga mampu membina hubungan yang harmonis di lingkungannya.
Permasalahan
individu ditinjau dari tugas – tugas dan aspek – aspek perkembangan yang
meliputi: perkembangan fisik, perkembangan bahasa, perkembangan intelektual,
perkembangan sosial, perkembangan emosi, perkembangan moral dan etika,
perkembangan kepribadian, dan perkembangan agama.
B.
Prosedur
Dalam Layanan Bimbingan Konseling Sosial
Sebagai
sebuah layanan profesional, konseling tidak dapat dilakukan secara sembarangan,
namun harus dilakukan secara tertib berdasarkan prosedur tertentu, yang secara
umum terdiri dari enam tahapan sebagai, yaitu: (A) Identifikasi kasus;
(B) Identifikasi masalah; (C) Diagnosis; (D) Prognosis;
(E) Treatment; (F) Evaluasi dan Tindak Lanjut.
1.
Identifikasi kasus
Identifikasi
kasusmerupakan langkah awal untuk menemukan peserta didik yang diduga
memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Robinson (Abin Syamsuddin Makmun,
2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi
peserta didik yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan dan konseling, yakni :
a)
Call them
approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua peserta didik secara bergiliran
sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan peserta didik yang benar-benar
membutuhkan layanan konseling.
b)
Maintain
good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban
sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru pembimbing dengan peserta
didik. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya
terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui
kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
c)
Developing a desire for counseling; menciptakan
suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran peserta didik akan masalah yang
dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan peserta didik yang
bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan
hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai
tindak lanjutnya.
d)
Melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta
didik, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan
belajar yang dihadapi peserta didik.
e)
Melakukan analisis sosiometris,dengancaraini
dapatditemukan peserta didik yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian
sosial.
2.
Identifikasi Masalah
a)
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis,
karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi peserta didik. Dalam konteks
Proses Belajar Mengajar, permasalahan peserta didik dapat berkenaan dengan
aspek : (1) substansial – material; (2) struktural – fungsional; (3)
behavioral; dan atau (4) personality.
b)
Untuk mengidentifikasi kasus dan masalah peserta didik,
Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah peserta
didik, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat
membantu untuk menemukan kasus dan mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi peserta
didik, seputar aspek : (1) jasmani dan kesehatan; (2) diri pribadi; (3)
hubungan sosial; (4) ekonomi dan keuangan; (5) karier dan pekerjaan; (6)
pendidikan dan pelajaran; (7) agama, nilai dan moral; (8) hubungan muda-mudi;
(9) keadaan dan hubungan keluarga; dan (10) waktu senggang.
3. Melakukan Diagnosis
Dalam konteks proses belajar
mengajar, faktor-faktor penyebab kegagalan belajar peserta didik, bisa dilihat
dari segi input, proses, ataupun output belajarnya.
Dalam melakukan diagnosis, pembimbing
atau konselor harus berhati-hati ketika menyimpulkan temuan masalah yang
diketahui, karena kesalahan mengdiagnosis permasalahan akan berakibat
fataldalam memberikan layanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu,
diperlukan kerjasama antarseluruh komponen terkait sehingga diagnosis akan
menjadi tepat.
4. Remedial dan Alih Tangan Kasus
Jika jenis dan sifat serta sumber
permasalahannya masih berjaitan dengan sistem pembelajaran dan masih berada
dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau konselor, pemberian bantuan bimbingan
dapat dilakukan oleh guru maupun guru bimbingan itu sendiri. Namun, jika
permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepibadian yang lebih mendalam dan lebih
meluas maka selayaknya tugas guru pembimbing hanya sebatas membuat rekomendasi
kepada ahli yang lebih kompeten atau dengan kata lain memberikan reveral kepada
ahlinya.
5. Evaluasi dan Follow
Up
Tahap ini merupakan langkah terakhir
dalam prosedur pelaksanaan bimbingan dan koseling. Depdiknas telah memberiksn
kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan dan konseling, yaitu:
a. Berkembangnya pemahaman baru yang
diperoleh peserta didik berkaitan dengan masalah yang dibahas.
b. Perasaan positif sebagai dampak dari
proses dan materi yang dibawakan melalui layanan
c. Rencana kegiatan yang akan
dilaksanakan oleh peserta didik sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka
mewujudkan upaya lebih lanjut guna pengentasan masalah yang dialaminya.[1]
C.
Tujuan Konseling
Tujuan konseling secara umum
adalah agar konseli dapat mengubah perilakunya kearah yang lebih maju (progressive behavior changed), melalui
terlaksananya tugas-tugas perkembangan secara optimal, kemandirian, dan
kebahagiaan hidup. Secara khusus, tujuan konseling tergantung dari masalah yang
dihadapi oleh masing-masing konseli.[2]
Setiap konselor dapat
merumuskan tujuan konseling yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan
masing-masing konseli. Sebagai contoh tujuan konseling adalah agar konseli
dapat memecahkan masalahnya saat ini, menghilangkan emosinya yang negatif, mampu
beradaptasi, dapat membuat keputusan, mampu mengelola krisis, dan memiliki
kecakapan hidup (liveskills).
Tujuan konseling dirumuskan
sebagai tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek,
agar konseli dapat menemukan penyelesaian masalahnya sekarang, sedangkan tujuan
jangka panjang adalah memberikan pengalaman belajar bagi konseli untuk
mengembangkan pemahaman diri yang realitas, untuk menghadapi situasi baru, dan
utnuk mengembangkan pribadi mandiri yang bertanggung jawab.
Tujuan konseling ada dua
kategori, yaitu tujuan-tujuan global dan tujuan-tujuan yang spesifik.
Tujuan-tujuan global sebagai berikut :
1. Konseli
menjadi lebih menyadari diri, bergerak kearah kesadaran yang lebih penuhatas
kehidupan batinnya, dan menajdi kurang melakukan penyangkalan dan
pendistorsian.
2. Konseli
menerima tanggung jawab yang lebih besar atas siapa dirinya, menerika
perasaan-perasaan sendiri, menghindari tindakan menyalahkan lingkungan dan
orang lain atas keadaan dirinya, dan menyadari bahwa sekarang dia bertanggung
jawab.
3. Konseli
menjadi lebih berpegang kepada kekuatan-kekuatan batin dan pribadinya sendiri,
menghindari tindakan-tindakan memainkan peran orang tak berdaya, dan menerima
kekuatan yang dimilikinya untuk mengubah kehidupannya sendiri.
4. Konseli memperjelas
nilai-nilainya sendiri, mengambil perspektif yang lebih jelas atas
masalah-masalsh yang dihadapinya, dan menemukan dalam dirinya sendiri
penyelesaian-penyelesaian bagi konflik-konflik yang dialaminya.
5. Konseli
menjadi lebih terintegrasi serta menghadapi, mengakui, menerima, dan menangani
aspek-aspek dirinya yang terpecah dan diingkari, dan mengintegrasi semua
perasaan dan pengalaman kedalam seluruh hidupnya.
6. Konseli
belajar mengambil resiko yang akan membuka pintu-pintu kearah cara-cara hidup
yang baru serta menghargai kehidupan dengan ketidakpastiannya, yang diperlukan
bagi pembangunan landasan untuk pertumbuhan.[3]
7. Konseli
menjadi lebih memercayai diri serta bersedia mendorong dirinya sendiri untuk
melakukan apa yang dipilih untuk dilakukannya.
8. Konseli
menajdi lebih sadar atas alternatif-alternatif yang mungkin serta bersedia
memilih bagi dirinya sendiri dan menerima konsekuensi-konsekuensi dari
pilihannya.
Tujuan-tujuan
global tersebut masih sulit di evalusi sehingga perlu dirumuskan kedalam
tujuan-tujuan yang spesifik untuk tujuan konseling yang konkret, berjangka
pendek, dapat diamati, dan dapat diukur. [4]
D. Metode Dan Teknik Konseling
1.
Metode
Konseling
a) Konseling
Kelompok
Dalam konseling kelompok, seorang
konselor terlibat dalam hubungan dengan sejumlah klien pada waktu yang
bersamaan. Konseling kelompok biasanya berkaitan dengan masalah-masalah
perkembangan dalam hal-hal situasional para anggotanya. Fokusnya adalah sikap
dan perasaan serta pemilihan dan nila-nilai yang terlibat dalam hubungan antar
pribadi. Dengan berinteraksi satu sama lain, para anggota membentuk hubungan
yang bersifat membantu dan memungkinkan mereka untuk dapat mengembangkan
pengembangan pemahaman, penilayan, dan kesadaran terhadap dirinya. Konseling
kelompok dapat bertujuan sebagai remedi, pengembangan, atau pencegahan.[5]
b) Konseling
Individual
Melalui metode ini
upaya pemberian bantuan diberiakan secara individual dan langsung bertatap muka
(berkomunikasi) antara pembimbing ( konselor ) dengan siswa (klien). Dengan
perkataan lain pemberian bantuan diberikan dilakukan melalui hubungan yang
bersifat face to face relationship (hubungan empat mata), yang dilaksanakan
dengan wawancara antara (pembimbing) konselor dengan siswa( klien). Masalah-masalah
yang dipecahkan melalui teknik konseling, adalah masalah-masalah yang bersifat
pribadi.
Dalam konseling individual, konselor
dituntut untuk mampu bersikap penuh simpati dan empati. Simpati ditunjukan oleh
konselor melalui sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh klien
(siswa). Sedangkan empari adalah usaha konselor menempatkan diri dalam situasi
diri klien dengan segala masalah-masalah yang dihadapinya. Keberhasilan
konselor bersimpati dan berempati akan memberikan kepercayaan yang sepenuhnya
kepada konselor. Keberhasilan bersimpati dan berempati dari konselor juga akan
sangat membantu keberhasilan proses konseling.
2.
Teknik
Konseling
Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam
tahap-tahap konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai
oleh konselor. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan disampaikan beberapa
jenis teknik umum.
a)
Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga
perilaku menghampiri klien. Hal ini mencangkup komponen kontak mata, bahasa
tubuh, dan bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat menimbulkan
hal positif, seperti meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang
aman, dan mempermudah eksperesi perasaan klien dengan bebas.
b)
Empati

1)
Empati Primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran, dan
keinginan klien dengan tujuan agar klien dapat terihat dan terbuka.
2)
Empati
tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap
perasaan, pikiran, keinginan, serta pengalaman klien lebih mendalam dan
menyentuh klien, karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keterlibatan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk
mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman, dan
termasuk penderitaannya
c)
Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang
perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku
verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu:
1)
Refleksi perasaan, yaitu keterampilan
atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan
terhadap perilaku verbal dan non verbal klien
2)
Refleksi pikiran, yaitu teknik
untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagi hasil pengamatan
terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.
3)
Refleksi pengalaman, yaitu teknik
untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap
perilaku verbal dan non verbal klien.
d)
Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengamatan
klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin,
menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Teknik ini
memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tetekan, dan
terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, dalam teknik eksplorasi ini pun
terdapat tiga macam teknik yaitu :
1)
Eksplorasi
perasaan, yaitu teknik untuk dapat
menggali perasaan klien yang tersimpan.
2)
Eksplorasi pikiran, yaitu
telknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien.
3)
Eksplorasi pengalaman, yaitu
keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman klien.
e)
Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau
innti ungkapan klien, dengan teliti mendengarkan pesan utama klien,
mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana. Biasanya, ini ditandai dengan kalimat awal : “adakah “ atau “tampaknya” dan
mengamati respon klien terhadap konselor.
f)
Pertanyaan
Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan terbuka yaitu
teknik untuk memancing siswa agar mau berbicfara mengungkapkan perasaan,
pengalaman, dan pemikirannya. Pertanyaan yang diajukan sebaliknya tidak
menggunakan kata Tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan
menyulitkan klien jika ia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh
karenanya, lebih baik gunakan kata Tanya apakah, bagaimana, adakah, atau
dapatkah.
g)
Pertanyaan
Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka. Dalam hal-hal tertentu, dapat pula
digunakan pertanyaan tertutup yang harus dijawab dengan kata “ya” atau “tidak”,
atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup adalah untuk : (1)
mengumpulkan informasi; (2) menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan (3) menghentikan
pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh.
h)
Dorongan
Minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung
yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan
ungkapan oh ….., ya…., lalu…., terus,….
atau dan…
Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar
pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan
mengurangi atau menghentikan pembicaraannya, dan pada saat klien kurang
memusatkan pikirannya pada pembicaraan, atau pada saat konselor ragu atas
pembicaraan klien.
i)
Interprestasi
Teknik ini yaitu untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien
dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subjek konselor. Hal ini
bertujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan
berubah melalui pemahaman dari hasil
rujukan baru tersebut.
j)
Mengarahkan (Directing)
Teknik mengarahkan ini yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien
melakukan sesuatu. Misalnya, menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor
atau mengkhayalkan sesuatu.
E.
Tahapan
Konseling
1)
Tahap pembinaan hubungan
Tahap pertama dalam konseling adalah
pembinaan hubungan. Hubungan konsleing sengaja dikembangkan dalam konselor guna
membangun suatu iklim terapeutik yang kondusf yang disebut rapport.penguasaan keterampilan kounikasi verbal dan non verbal
sangat dibutuhkan dalam tahap ini. Bebrapa keterampilan konseling dapat
memperlancar tahap ini diantaranya adalah keterampilan attending dan active
listening.pada saat pembinaan hubungan, sering kali konselor perlu memberi
gambaran yang tepat tentang konseling. Kegiatan ini disebut structuring. Structuring adalah kerangka kerja yang digunakan konselor dengan
konselingnya.
2)
Tahap penilaian masalah
Tahap kedua adalah penilaian (assesment) masalah. Penialaian dalam
proses konseling merupakan suatu proses pengumpulan dan pengolahan informasi
dengan menggunakan berbagai prosedur dan alat sebagai dasar untuk mengembangkan
program bantuan atau konseling. Tugas
konselor selama penilaian dalah mengetahui informasi apa yng dibutuhkan dan
bagaimana memperolehnya, menempatkan informasi itu secara bersama-sama sehingga
menjadi kesatuan bermakna. Tujuan umum dari penilaian masalah adalah untuk
memperoleh pemahaman tentang konfigurasimaslah konseli sebagai dasar untuk
mnegembangkan rencana bantuan.[6]
3)
Tahap
penetapan tujuan
Setelah konselor melakukan
penelitan, maka akan diketahuijenis permasalahan konseli, penyebab
permasalahan, tingkat kedalaman masalah, akibat permasalahan, dan sebagainya.
Tahap ketiga dari proses konseling adalah penetapan tujuan atau target yang
ongin dicapai konseli. Tujuan konseling sangat penting karena tujuan ini akan
memberi arah pada proses konseling serta sebagai dasar penentuan strategi atau
intervensi konseling selanjutnya. Tujuan sebaiknya dirumuskan oleh konseli,
tetapi apabila konseli belum dapat merumuskan tujuan, konselor dapat memberi
contoh dan membantu konseli.
4)
Tahap seleksi strategis
Tahap keempat dalam proses konseling
adalah seleksi strategi. Strategi merupakan rencana aksi untuk mencapai tujuan
konseli. Pengguaan strategidapat mempercepat peruabhan emosional, kognitif, dan
perilaku konseli. Suatu strategi harus fleksibel, memadai, dan pragmatis. Suatu
strategiyang terlalu preskriptif dan kaku akan mengahambat interaksi antara
konselor dan konseli dan secara signifikan dan dapat menghambat kemajuan.[7]
5)
Tahap implementasi strategi
Implementasi strategi merupakan
tahap kelima dlam proses konseling. Konslei bertanggung jawab mengaplikasikan
strategi yang sudah disepakati, sedangkan konselor bertanggung jawab menguatkan
tindakan konseli dan terlibat aktif dalam pengaplikasian strategi. Bila suatu
strategi sudah dipilih sebagai solusi suatu masalah, maka ada empat tugas yang
harus dilakukan konselor, yaitu menjelaskan tujuan dan deskripsi singkat suatu
strategi ; memberi contoh penggunaan atau mendomonstasikan strategi dan
pemberian umpan balik ; serta memberi pekerjaan rumah pada konseli.
6)
Tahap evaluasi dan tindak lanjut
Terdapat dua tujuan mengapa konseli
harus dinilai, yaitu untuk menentukan kemampuan konseli dan memperbaiki
penampilan konselor dalam menangani kasus dimasa yang akan datang. Penilaian
terhadap proses konseling dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara,
diantaranya adalah laporan dari konseli, baik secara lisan maupun tulisan ; dua
observasi konselor terhadap konseli, laporan dari pihak lain yang mengetahui dan
bertangggung jawab terhadap konseli
7)
Tahap
terminasi (penghentian konseling)
Menghentikan kontak konseling bukan berarti bahwa konselor tidak berbicara
lagi dengan konseli secara informal ketika kebetulan bertemu atau bahwa
konselor tidak harus mengadakan tindak lanjut hasil konseling. Penjelasan
tentang penghentian dilakukan secara semestinya. Tentu saja, konselor
menghindari adanya implikasi bahwa ia menolak konseli[8]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Bimbingan dan konseling merupakan
proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli yang memerlukan
adanya “pendekatan, metode, dan teknik” bimbingan dan konseling, agar
proses konseling antara konselor dan konseli dapat berjalan lancar. Di
dalam bimbingan dan konseling terdapat beberapa macam pendekatan diantaranya,
Pendekatan Non Ilmiah (Non Scientific Approach) yang bersifat tidak
objektif tidak berdasarkan kenyataan dan Pendekatan.
Bimbingan dan konseling juga
mempunyai beberapa metode yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah oleh
konselor terhadap konseli, yaitu: metode dengan Bimbingan Individual yakni
bimbingan yang bersifat individu atau secara tatap muka dan metode Bimbingan
Kelompok diantaranya : Program home room, karyawisata, kerja kelompok, kegiatan
kelompok, organisasi siswa, sosiodrama, psikodrama, dan pengajaran remedial.
Teknik-teknik dalam bimbingan dan
konseling diantaranya teknik rapport, perilaku attending, teknik structuring,
empati, teknik eksplorasi, refleksi perasaan, teknik paraphrasing, teknik
bertanya, dorongan minimal, interpretasi, teknik mengarahkan (directing),
teknik menyimpulkan sementara (summarizing), teknik lead, teknik fokus, teknik
konfrontasi, menjernihkan (clarifying), diam sebagai teknik, memudahkan
(facilitating), pemberian informasi, memberi nasihat, mengambil inisiatif,
merencanakan, menyimpulkan, teknik mengakhiri (menutup sesi konseling)
DAFTAR PUSTAKA
Nursalim,
Muhammad, 2015, Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling. Erlangga:
Jakarta
Hartono,
2012. Psikologi Konseling, Kencana
Prenada Media Group: Jakarta
Lizhara
Indra, “Prosedur Umum Layanan Dalam Bimbingan Konseling” dikutip dari http://lizhara-bk.blogspot.co.id/2014/10/prosedur-umum-pelayanan-bimbingan-dan_1.html, pada 25 Oktober 2017
[1] Lizhara Indra, “Prosedur Umum
Layanan Dalam Bimbingan Konseling” dikutip dari http://lizhara-bk.blogspot.co.id/2014/10/prosedur-umum-pelayanan-bimbingan-dan_1.html, pada 25 Oktober 2017
[5] Mochamad Nursalim, 2015. Pengembangan profesi bimbingan dan
konseling, Erlangga: Jakarta, hlm 113
[6] Op.cit,
Mochamad Nursalim, 2015. Pengembangan
Profesi Bimbingan dan Konseling, Erlangga: Jakarta, hlm.105
[7] Ibid, hlm.107
[8] Ibid, hlm.109