Minggu, 24 Desember 2017

Posted by Hayati at 3:45 PM 0 comments
Prosedur Dalam Layanan Bimbingan Konseling Sosial
Di susun sebagai tugas mata kuliah Bimbingan Konseling Sosial
Dosen: Cici Yulia, M.Pd

 
Di susun oleh
 Kelompok 11



Husniyah                                      (1601015090)
Stince Tin Indri Astuti                 (1601015114)
Tiany Vikasari Sutopo                  (1601015065)
Vina Uljannah                              (1601015086)


  

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA
JAKARTA
2017

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah SWT, yakni atas berkat rahmat dan karunia-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penyusun menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Tak lupa pula penyusun ucapkan terima kasih kepada Dosen Cici Yulia.M.Pd yang telah membimbing penyusun dalam menyelesaikan makalah ini. Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka penyusun menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar penyusun dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Wasalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 25 Oktober 2017



 DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A.    Latar Belakang........................................................................................... 1
B.     Rumusan Masalah...................................................................................... 1
C.     Tujuan......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................. 2
1.      Bimbingan Konseling Sosial...................................................................... 2
2.      Prosedur Dalam Layanan Konseling Sosial............................................... 2
3.      Tujuan Konseling....................................................................................... 5
4.      Metode dan Teknik Konseling................................................................... 6
5.      Tahapan Konseling.................................................................................... 10
BAB III PENUTUPAN............................................................................................... 13
A. Simpulan...................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………......………………… 14

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bimbingan sosial bermakna suatu bimbingan atau bantuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sosial seperti pergaulan, penyelesaian masalah konflik, penyesuaian diri dan sebagainya. Bimbingan sosial juga bermakna suatu bimbingan atau bantuan dari pembimbing kepada individu agar dapat mewujudkan pribadi yang mampu bersosialisasi dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara baik.
Bidang bimbingan sosial yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas. Saat ini sosial media sebagai penunjang karir yang menjanjikan yang diawali dengan adanya berbagai aplikasi sosial media yang dipelopori oleh situs pertemanan seperti friendster, facebook, twitter dan masih banyak lagi yang sangat membantu dalam mempromosikan jasa dan produk suatu perusahaan dan sebagai tempat yang potensial untuk mendapatkan customer baru. Orang yang menjalankan cara ini disebut social media marketer, oleh karena itu banyak perusahaan yang membuka lowongan untuk posisi sebagai social media marketing. Berpengetahuan luas.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa prosedur dalam layanan bimbingan konseling sosial?
2.      Apa tujuan konseling?
3.      Apa metode dan teknik konseling?
4.      Bagaimana tahapan konseling?
C.    Tujuan
1.      Untuk mengetahui prosedur dalam layanan bimbingan konseling sosial
2.      Untuk mengetahui tujuan konseling
3.      Untuk mengetahui metode dan teknik konseling
4.      Untuk mengetahui tahapan konseling

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Bimbingan Konseling Sosial
       Bimbingan sosial merupakan upaya layanan yang diberikan kepada individu agar indidvidu mampu mengembangkan sesuai kemampuan yang dimilikinya untuk menghadapi dan mengatasi permasalahan – permasalahan yang dialaminya, baik bersifat pribadi maupun sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan. Dengan cara menciptakan interaksi yang efektif, mengembangkan sistem pemahaman diri dan sikap – sikap positif, serta dengan megembangkan kemampuan pribadi sosial. Sehingga mampu membina hubungan yang harmonis di lingkungannya.
       Permasalahan individu ditinjau dari tugas – tugas dan aspek – aspek perkembangan yang meliputi: perkembangan fisik, perkembangan bahasa, perkembangan intelektual, perkembangan sosial, perkembangan emosi, perkembangan moral dan etika, perkembangan kepribadian, dan perkembangan agama.
      
B.     Prosedur Dalam Layanan Bimbingan Konseling Sosial
       Sebagai sebuah layanan profesional, konseling tidak dapat dilakukan secara sembarangan, namun harus dilakukan secara tertib berdasarkan prosedur tertentu, yang secara umum terdiri dari enam tahapan sebagai, yaitu: (A) Identifikasi kasus; (B) Identifikasi masalah; (C) Diagnosis; (D) Prognosis; (E) Treatment; (F) Evaluasi dan Tindak Lanjut.
1.      Identifikasi kasus
Identifikasi kasusmerupakan langkah awal untuk menemukan peserta didik yang diduga memerlukan layanan bimbingan dan konseling. Robinson (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi peserta didik yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan dan konseling, yakni :
a)      Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua peserta didik secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan peserta didik yang benar-benar membutuhkan layanan konseling.
b)      Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru pembimbing dengan peserta didik. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
c)      Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran peserta didik akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan peserta didik yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
d)     Melakukan analisis terhadap hasil belajar peserta didik, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi peserta didik.
e)      Melakukan analisis sosiometris,dengancaraini dapatditemukan peserta didik yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian sosial.
2.      Identifikasi Masalah
a)      Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi peserta didik. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan peserta didik dapat berkenaan dengan aspek : (1) substansial – material; (2) struktural – fungsional; (3) behavioral; dan atau (4) personality.
b)      Untuk mengidentifikasi kasus dan masalah peserta didik, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah peserta didik, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk menemukan kasus dan mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi peserta didik, seputar aspek : (1) jasmani dan kesehatan; (2) diri pribadi; (3) hubungan sosial; (4) ekonomi dan keuangan; (5) karier dan pekerjaan; (6) pendidikan dan pelajaran; (7) agama, nilai dan moral; (8) hubungan muda-mudi; (9) keadaan dan hubungan keluarga; dan (10) waktu senggang.
3.      Melakukan Diagnosis
Dalam konteks proses belajar mengajar, faktor-faktor penyebab kegagalan belajar peserta didik, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun output belajarnya.
Dalam melakukan diagnosis, pembimbing atau konselor harus berhati-hati ketika menyimpulkan temuan masalah yang diketahui, karena kesalahan mengdiagnosis permasalahan akan berakibat fataldalam memberikan layanan bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, diperlukan kerjasama antarseluruh komponen terkait sehingga diagnosis akan menjadi tepat.
4.       Remedial dan Alih Tangan Kasus
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berjaitan dengan sistem pembelajaran dan masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau konselor, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru maupun guru bimbingan itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepibadian yang lebih mendalam dan lebih meluas maka selayaknya tugas guru pembimbing hanya sebatas membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten atau dengan kata lain memberikan reveral kepada ahlinya.
5.     Evaluasi dan Follow Up
Tahap ini merupakan langkah terakhir dalam prosedur pelaksanaan bimbingan dan koseling. Depdiknas telah memberiksn kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan dan konseling, yaitu:
a.  Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh peserta didik berkaitan dengan masalah yang dibahas.
b.  Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan
c.   Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh peserta didik sesudah pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut guna pengentasan masalah yang dialaminya.[1]
C.    Tujuan Konseling
       Tujuan konseling secara umum adalah agar konseli dapat mengubah perilakunya kearah yang lebih maju (progressive behavior changed), melalui terlaksananya tugas-tugas perkembangan secara optimal, kemandirian, dan kebahagiaan hidup. Secara khusus, tujuan konseling tergantung dari masalah yang dihadapi oleh masing-masing konseli.[2]
       Setiap konselor dapat merumuskan tujuan konseling yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan masing-masing konseli. Sebagai contoh tujuan konseling adalah agar konseli dapat memecahkan masalahnya saat ini, menghilangkan emosinya yang negatif, mampu beradaptasi, dapat membuat keputusan, mampu mengelola krisis, dan memiliki kecakapan hidup (liveskills).
       Tujuan konseling dirumuskan sebagai tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek, agar konseli dapat menemukan penyelesaian masalahnya sekarang, sedangkan tujuan jangka panjang adalah memberikan pengalaman belajar bagi konseli untuk mengembangkan pemahaman diri yang realitas, untuk menghadapi situasi baru, dan utnuk mengembangkan pribadi mandiri yang bertanggung jawab.
       Tujuan konseling ada dua kategori, yaitu tujuan-tujuan global dan tujuan-tujuan yang spesifik. Tujuan-tujuan global sebagai berikut :
1.      Konseli menjadi lebih menyadari diri, bergerak kearah kesadaran yang lebih penuhatas kehidupan batinnya, dan menajdi kurang melakukan penyangkalan dan pendistorsian.
2.      Konseli menerima tanggung jawab yang lebih besar atas siapa dirinya, menerika perasaan-perasaan sendiri, menghindari tindakan menyalahkan lingkungan dan orang lain atas keadaan dirinya, dan menyadari bahwa sekarang dia bertanggung jawab.
3.      Konseli menjadi lebih berpegang kepada kekuatan-kekuatan batin dan pribadinya sendiri, menghindari tindakan-tindakan memainkan peran orang tak berdaya, dan menerima kekuatan yang dimilikinya untuk mengubah kehidupannya sendiri.
4.      Konseli memperjelas nilai-nilainya sendiri, mengambil perspektif yang lebih jelas atas masalah-masalsh yang dihadapinya, dan menemukan dalam dirinya sendiri penyelesaian-penyelesaian bagi konflik-konflik yang dialaminya.
5.      Konseli menjadi lebih terintegrasi serta menghadapi, mengakui, menerima, dan menangani aspek-aspek dirinya yang terpecah dan diingkari, dan mengintegrasi semua perasaan dan pengalaman kedalam seluruh hidupnya.
6.      Konseli belajar mengambil resiko yang akan membuka pintu-pintu kearah cara-cara hidup yang baru serta menghargai kehidupan dengan ketidakpastiannya, yang diperlukan bagi pembangunan landasan untuk pertumbuhan.[3]
7.      Konseli menjadi lebih memercayai diri serta bersedia mendorong dirinya sendiri untuk melakukan apa yang dipilih untuk dilakukannya.
8.      Konseli menajdi lebih sadar atas alternatif-alternatif yang mungkin serta bersedia memilih bagi dirinya sendiri dan menerima konsekuensi-konsekuensi dari pilihannya.
       Tujuan-tujuan global tersebut masih sulit di evalusi sehingga perlu dirumuskan kedalam tujuan-tujuan yang spesifik untuk tujuan konseling yang konkret, berjangka pendek, dapat diamati, dan dapat diukur. [4]
D.    Metode Dan Teknik Konseling
1.      Metode Konseling
a)      Konseling Kelompok
            Dalam konseling kelompok, seorang konselor terlibat dalam hubungan dengan sejumlah klien pada waktu yang bersamaan. Konseling kelompok biasanya berkaitan dengan masalah-masalah perkembangan dalam hal-hal situasional para anggotanya. Fokusnya adalah sikap dan perasaan serta pemilihan dan nila-nilai yang terlibat dalam hubungan antar pribadi. Dengan berinteraksi satu sama lain, para anggota membentuk hubungan yang bersifat membantu dan memungkinkan mereka untuk dapat mengembangkan pengembangan pemahaman, penilayan, dan kesadaran terhadap dirinya. Konseling kelompok dapat bertujuan sebagai remedi, pengembangan, atau pencegahan.[5]
b)      Konseling Individual
            Melalui metode ini upaya pemberian bantuan diberiakan secara individual dan langsung bertatap muka (berkomunikasi) antara pembimbing ( konselor ) dengan siswa (klien). Dengan perkataan lain pemberian bantuan diberikan dilakukan melalui hubungan yang bersifat face to face relationship (hubungan empat mata), yang dilaksanakan dengan wawancara antara (pembimbing) konselor dengan siswa( klien). Masalah-masalah yang dipecahkan melalui teknik konseling, adalah masalah-masalah yang bersifat pribadi.
            Dalam konseling individual, konselor dituntut untuk mampu bersikap penuh simpati dan empati. Simpati ditunjukan oleh konselor melalui sikap turut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh klien (siswa). Sedangkan empari adalah usaha konselor menempatkan diri dalam situasi diri klien dengan segala masalah-masalah yang dihadapinya. Keberhasilan konselor bersimpati dan berempati akan memberikan kepercayaan yang sepenuhnya kepada konselor. Keberhasilan bersimpati dan berempati dari konselor juga akan sangat membantu keberhasilan proses konseling.
2.      Teknik Konseling
Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahap-tahap konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor. Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan disampaikan beberapa jenis teknik umum.
a)       Perilaku Attending
Perilaku attending disebut juga perilaku menghampiri klien. Hal ini mencangkup komponen kontak mata, bahasa tubuh, dan  bahasa lisan. Perilaku attending yang baik dapat menimbulkan hal positif, seperti meningkatkan harga diri klien, menciptakan suasana yang aman, dan mempermudah eksperesi perasaan klien dengan bebas.
b)      Empati
Text Box: 8Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien; merasa dan berpikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending. Tanpa perilaku attending, mustahil terbentuk empati. Terdapat dua macam empati, yaitu :
1)       Empati Primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran, dan keinginan klien dengan tujuan agar klien dapat terihat dan terbuka.
2)      Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran, keinginan, serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien, karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keterlibatan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman, dan termasuk penderitaannya
c)        Refleksi
Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu:
1)      Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien
2)      Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagi hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.
3)      Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien.
d)     Eksplorasi
Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengamatan klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tetekan, dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, dalam teknik eksplorasi ini pun terdapat tiga macam teknik yaitu :
1)      Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan.
2)      Eksplorasi pikiran, yaitu telknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien.
3)      Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalaman-pengalaman klien.
e)        Menangkap Pesan (Paraphrasing)
Menangkap pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau innti ungkapan klien, dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana. Biasanya, ini ditandai dengan kalimat awal : “adakah “ atau “tampaknya” dan mengamati respon klien terhadap konselor.
f)       Pertanyaan Terbuka (Opened Question)
Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau berbicfara mengungkapkan perasaan, pengalaman, dan pemikirannya. Pertanyaan yang diajukan sebaliknya tidak menggunakan kata Tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien jika ia tidak tahu alasan atau sebab-sebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata Tanya apakah, bagaimana, adakah, atau dapatkah.
g)      Pertanyaan Tertutup (Closed Question)
Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka. Dalam hal-hal tertentu, dapat pula digunakan pertanyaan tertutup yang harus dijawab dengan kata “ya” atau “tidak”, atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup adalah untuk : (1) mengumpulkan informasi; (2) menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan (3) menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh.
h)      Dorongan Minimal (Minimal Encouragement)
Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan oh ….., ya…., lalu…., terus,…. atau dan…
Tujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya, dan pada saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan, atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan klien.
i)        Interprestasi 
Teknik ini yaitu untuk mengulas pemikiran, perasaan, dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subjek konselor. Hal ini bertujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah  melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut.
j)        Mengarahkan (Directing)
Teknik mengarahkan ini yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya, menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau mengkhayalkan sesuatu.
E.     Tahapan Konseling
1)      Tahap pembinaan hubungan
Tahap pertama dalam konseling adalah pembinaan hubungan. Hubungan konsleing sengaja dikembangkan dalam konselor guna membangun suatu iklim terapeutik yang kondusf yang disebut rapport.penguasaan keterampilan kounikasi verbal dan non verbal sangat dibutuhkan dalam tahap ini. Bebrapa keterampilan konseling dapat memperlancar tahap ini diantaranya adalah keterampilan attending dan active listening.pada saat pembinaan hubungan, sering kali konselor perlu memberi gambaran yang tepat tentang konseling. Kegiatan ini disebut structuring. Structuring adalah kerangka kerja yang digunakan konselor dengan konselingnya.
2)      Tahap penilaian masalah
Tahap kedua adalah penilaian (assesment) masalah. Penialaian dalam proses konseling merupakan suatu proses pengumpulan dan pengolahan informasi dengan menggunakan berbagai prosedur dan alat sebagai dasar untuk mengembangkan program bantuan atau konseling.  Tugas konselor selama penilaian dalah mengetahui informasi apa yng dibutuhkan dan bagaimana memperolehnya, menempatkan informasi itu secara bersama-sama sehingga menjadi kesatuan bermakna. Tujuan umum dari penilaian masalah adalah untuk memperoleh pemahaman tentang konfigurasimaslah konseli sebagai dasar untuk mnegembangkan rencana bantuan.[6]
3)      Tahap penetapan tujuan
Setelah konselor melakukan penelitan, maka akan diketahuijenis permasalahan konseli, penyebab permasalahan, tingkat kedalaman masalah, akibat permasalahan, dan sebagainya. Tahap ketiga dari proses konseling adalah penetapan tujuan atau target yang ongin dicapai konseli. Tujuan konseling sangat penting karena tujuan ini akan memberi arah pada proses konseling serta sebagai dasar penentuan strategi atau intervensi konseling selanjutnya. Tujuan sebaiknya dirumuskan oleh konseli, tetapi apabila konseli belum dapat merumuskan tujuan, konselor dapat memberi contoh dan membantu konseli.
4)      Tahap seleksi strategis
Tahap keempat dalam proses konseling adalah seleksi strategi. Strategi merupakan rencana aksi untuk mencapai tujuan konseli. Pengguaan strategidapat mempercepat peruabhan emosional, kognitif, dan perilaku konseli. Suatu strategi harus fleksibel, memadai, dan pragmatis. Suatu strategiyang terlalu preskriptif dan kaku akan mengahambat interaksi antara konselor dan konseli dan secara signifikan dan dapat menghambat kemajuan.[7]
5)      Tahap implementasi strategi
Implementasi strategi merupakan tahap kelima dlam proses konseling. Konslei bertanggung jawab mengaplikasikan strategi yang sudah disepakati, sedangkan konselor bertanggung jawab menguatkan tindakan konseli dan terlibat aktif dalam pengaplikasian strategi. Bila suatu strategi sudah dipilih sebagai solusi suatu masalah, maka ada empat tugas yang harus dilakukan konselor, yaitu menjelaskan tujuan dan deskripsi singkat suatu strategi ; memberi contoh penggunaan atau mendomonstasikan strategi dan pemberian umpan balik ; serta memberi pekerjaan rumah pada konseli.
6)      Tahap evaluasi dan tindak lanjut
Terdapat dua tujuan mengapa konseli harus dinilai, yaitu untuk menentukan kemampuan konseli dan memperbaiki penampilan konselor dalam menangani kasus dimasa yang akan datang. Penilaian terhadap proses konseling dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, diantaranya adalah laporan dari konseli, baik secara lisan maupun tulisan ; dua observasi konselor terhadap konseli, laporan dari pihak lain yang mengetahui dan bertangggung jawab terhadap konseli
7)      Tahap terminasi (penghentian konseling)
Menghentikan kontak konseling bukan berarti bahwa konselor tidak berbicara lagi dengan konseli secara informal ketika kebetulan bertemu atau bahwa konselor tidak harus mengadakan tindak lanjut hasil konseling. Penjelasan tentang penghentian dilakukan secara semestinya. Tentu saja, konselor menghindari adanya implikasi bahwa ia menolak konseli[8] 




BAB III
PENUTUP
A.     Simpulan
Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli yang memerlukan adanya “pendekatan, metode, dan teknik” bimbingan dan konseling, agar proses konseling antara konselor dan konseli dapat berjalan lancar. Di dalam bimbingan dan konseling terdapat beberapa macam pendekatan diantaranya, Pendekatan Non Ilmiah (Non Scientific Approach) yang bersifat tidak objektif tidak berdasarkan kenyataan dan Pendekatan.
Bimbingan dan konseling juga mempunyai beberapa metode yang bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah oleh konselor terhadap konseli, yaitu: metode dengan Bimbingan Individual yakni bimbingan yang bersifat individu atau secara tatap muka dan metode Bimbingan Kelompok diantaranya : Program home room, karyawisata, kerja kelompok, kegiatan kelompok, organisasi siswa, sosiodrama, psikodrama, dan pengajaran remedial.
Teknik-teknik dalam bimbingan dan konseling diantaranya teknik rapport, perilaku attending, teknik structuring, empati, teknik eksplorasi, refleksi perasaan, teknik paraphrasing, teknik bertanya, dorongan minimal, interpretasi, teknik mengarahkan (directing), teknik menyimpulkan sementara (summarizing), teknik lead, teknik fokus, teknik konfrontasi, menjernihkan (clarifying), diam sebagai teknik, memudahkan (facilitating), pemberian informasi, memberi nasihat, mengambil inisiatif, merencanakan, menyimpulkan, teknik mengakhiri (menutup sesi konseling) 

DAFTAR PUSTAKA

Nursalim, Muhammad, 2015, Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling. Erlangga: Jakarta
Hartono, 2012. Psikologi Konseling, Kencana Prenada Media Group: Jakarta
Lizhara Indra, “Prosedur Umum Layanan Dalam Bimbingan Konseling” dikutip dari http://lizhara-bk.blogspot.co.id/2014/10/prosedur-umum-pelayanan-bimbingan-dan_1.html, pada 25 Oktober 2017


[1] Lizhara Indra, “Prosedur Umum Layanan Dalam Bimbingan Konseling” dikutip dari http://lizhara-bk.blogspot.co.id/2014/10/prosedur-umum-pelayanan-bimbingan-dan_1.html, pada 25 Oktober 2017
[2] Hartono, 2012. Psikologi Konseling, Kencana Prenada Media Group: Jakarta, hlm. 30
[3] Ibid, hlm 31
[4] Ibid, hlm 32
[5] Mochamad Nursalim, 2015. Pengembangan profesi bimbingan dan konseling, Erlangga: Jakarta, hlm 113
[6] Op.cit, Mochamad Nursalim, 2015. Pengembangan Profesi Bimbingan dan Konseling, Erlangga: Jakarta, hlm.105
[7] Ibid, hlm.107
[8] Ibid, hlm.109
 

TIANY VIKASARI Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea