Senin, 15 Mei 2017

“Belajar dan Pembelajaran"

Posted by Hayati at 6:27 PM 0 comments

Belajar, perkembangan, dan pendidikan merupakan hal yang menarik dipelajari. Ketiga gejala tersebut terkait dengan pembelajaran. Belajar dilakukan oleh siswa secara individu. Perkembangan dialami dan dihayati pula oleh individu siswa. Sedangkan pendidikan merupakan kegiatan interaksi. Dalam kegiatan interaksi tersebut, pendidik atau guru bertindak mendidik si peserta didik atau siswa. Tindak mendidik tersebut tertuju pada perkembangan siswa menjadi mandiri. Untuk dapat berkembang menjadi manidir, siswa harus belajar. Bila siswa belajar maka akan ada perubahan mental yang terjadi pada diri siswa.[1]
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau tidak terjadinya proses pembelajaran. Proses belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, tumbuh-tumbuhan, manusia atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang sesuatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.[2]
Dalam proses belajar, apa yang ingin dicapai sepatut nya dirasakan dan dimiliki oleh setiap siswa. Tujuan belajar bukan berarti tujuan pembelajaran, karena tujuan pembelajaran merupakan tujuan dan harapan yang ingin dicapai guru dari kegiatan yang dilakukan. Meskipun apa yang diinginkan guru itu sesuai dengan apa yang diinginkan siswa. Untuk mempertemukan tujuan guru (tujuan pembelajaran) dengan tujuan belajar siswa, dapat diupayakan dengan cara mengkomunikasikan tujuan tersebut kepada siswa.[3]

Motivasi sangat penting dalam belajar, setiap individu mempunyai needs (kebutuhan) atau wants(keinginan). Setiap kebutuhan atau keinginan perlu memperoleh pemenuhan. Dalam batas tertentu upaya memenuhi kebuthan itu seringkali merupakan tujuan. Jadi, jika kebutuhan tercapai, maka tujuan atau kebutuhan itu terpenuhi. Sedangkan dorongan untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan itu sendiri merupakan motivasi. Agar belajar dapat mencapai hasil harus ada motivasi.[4]
Pada diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Kekuatan penggerak belajar tersebut berasal dari berbagai sumber. Pada peristiwa pertama, motivasi siswa yang rendah menjadi lebih baik setelah siswa memperoleh informasi yang benar. Pada peristiwa kedua, motivasi belajar dapat menjadi rendah dan dapat diperbaiki kembali. Pada kedua peristiwa tersebut peranan guru untuk mempertinggi peranan belajar sangatlah berarti. Siswa belajar karena didorong oleh kekuatan mentalnya, kekuatan mental itu berupa keinginan, perhatian, kemauan, atau cita-cita.[5]
Motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: (1). Motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang. Motivasi jenis ini sering sekali disebut dengan istilah motivasi intrinstik. Misalnya: seorang siswa tanpa disuruh siapapun, setiap malam membaca buku pelajarannya. (2). Motivasi dari luar yang berupa usaha pembentukan dari orang lain. Motivasi ini sering sekali disebut dengan istilah motivasi ekstrinsik. Misalnya: seorang siswa yang kurang rajin belajar kemudian menjadi rajin dan giat belajar karena guru nya menjanjikan kepada siapa saja yang memperoleh nilai terbaik pada mata pelajaran yang diajarnya akan diberikan tiga seri buku Harry Porter.[6]


            Pengembangan motivasi belajar subjek didik, selain dilakukan melalui upaya secara langsung oleh guru, dapat juga dilakukan oleh siswa itu sendiri dengan menggunakan “model latihan motivasi diri” (self- motivation training model). Model ini dikembangkan berdasarkan “teknik pantau diri” (self-monitoring) dari cormier. Dengan menggunakan motivasi diri, siswa dituntut secara aktif mengembangkan motivasi belajarnya sendiri melalui aktivitas sendiri dari memantaunya sendiri.[7]
Dalam perilaku belajar terdapat motivasi belajar. Penguatan motivasi – motivasi belajar berada ditangan para guru/pendidik dan anggota masyarakat lain. Guru sebagai pendidik bertugas untuk memprkuat motivasi belajar selama minimum 9 tahun pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat. Ulama sebagai pendidik juga bertugas memperkuat motivasi belajar sepanjang hayat.[8]
Motivasi sangat penting dalam belajar, setiap individu mempunyai needs (kebutuhan) atau wants(keinginan). Setiap kebutuhan atau keinginan perlu memperoleh pemenuhan. Dalam batas tertentu upaya memenuhi kebuthan itu seringkali merupakan tujuan. Jadi, jika kebutuhan tercapai, maka tujuan atau kebutuhan itu terpenuhi. Sedangkan dorongan untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan itu sendiri merupakan motivasi. Agar belajar dapat mencapai hasil harus ada motivasi.[9]






[1] Dimyati dan Mudjiono, 2006. Belajar dan pembelajaran, Rineka cipta: Jakarta, hlm. 5
[2] Ibid. Hlm. 7
[3] Sumiati dan Asra, 2007. Metode pembelajaran, Wacana Prima: Bandung, hlm. 42
[4] Ibid. hlm.51
[5] Dimyati dan Mudjiono, Op.Cit. hlm. 80
[6] Mohammad Asrori,  2007. Psikologi pembelajaran, Wacana Prima: Bandung, hlm. 183
[7] Ibid. hlm.187
[8] Dimyati dan Mudjiono, Op.Cit. hlm. 94
[9] Sumiati dan Asra, Loc.Cit.
 

TIANY VIKASARI Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea