Belajar,
perkembangan, dan pendidikan merupakan hal yang menarik dipelajari. Ketiga
gejala tersebut terkait dengan pembelajaran. Belajar dilakukan oleh siswa
secara individu. Perkembangan dialami dan dihayati pula oleh individu siswa.
Sedangkan pendidikan merupakan kegiatan interaksi. Dalam kegiatan interaksi
tersebut, pendidik atau guru bertindak mendidik si peserta didik atau siswa.
Tindak mendidik tersebut tertuju pada perkembangan siswa menjadi mandiri. Untuk
dapat berkembang menjadi manidir, siswa harus belajar. Bila siswa belajar maka
akan ada perubahan mental yang terjadi pada diri siswa.[1]
Belajar
merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka
belajar hanya dialami oleh siswa itu sendiri. Siswa adalah penentu terjadi atau
tidak terjadinya proses pembelajaran. Proses belajar terjadi berkat siswa
memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar. Lingkungan yang dipelajari
oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, tumbuh-tumbuhan, manusia atau
hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar tentang sesuatu hal
tersebut tampak sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.[2]
Dalam
proses belajar, apa yang ingin dicapai sepatut nya dirasakan dan dimiliki oleh
setiap siswa. Tujuan belajar bukan berarti tujuan pembelajaran, karena tujuan
pembelajaran merupakan tujuan dan harapan yang ingin dicapai guru dari kegiatan
yang dilakukan. Meskipun apa yang diinginkan guru itu sesuai dengan apa yang
diinginkan siswa. Untuk mempertemukan tujuan guru (tujuan pembelajaran) dengan
tujuan belajar siswa, dapat diupayakan dengan cara mengkomunikasikan tujuan
tersebut kepada siswa.[3]
Motivasi
sangat penting dalam belajar, setiap individu mempunyai needs (kebutuhan) atau
wants(keinginan). Setiap kebutuhan atau keinginan perlu memperoleh pemenuhan.
Dalam batas tertentu upaya memenuhi kebuthan itu seringkali merupakan tujuan.
Jadi, jika kebutuhan tercapai, maka tujuan atau kebutuhan itu terpenuhi. Sedangkan
dorongan untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan itu sendiri merupakan
motivasi. Agar belajar dapat mencapai hasil harus ada motivasi.[4]
Pada
diri siswa terdapat kekuatan mental yang menjadi penggerak belajar. Kekuatan
penggerak belajar tersebut berasal dari berbagai sumber. Pada peristiwa
pertama, motivasi siswa yang rendah menjadi lebih baik setelah siswa memperoleh
informasi yang benar. Pada peristiwa kedua, motivasi belajar dapat menjadi
rendah dan dapat diperbaiki kembali. Pada kedua peristiwa tersebut peranan guru
untuk mempertinggi peranan belajar sangatlah berarti. Siswa belajar karena
didorong oleh kekuatan mentalnya, kekuatan mental itu berupa keinginan,
perhatian, kemauan, atau cita-cita.[5]
Motivasi
dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu: (1). Motivasi yang berasal dari dalam
diri seseorang. Motivasi jenis ini sering sekali disebut dengan istilah
motivasi intrinstik. Misalnya: seorang siswa tanpa disuruh siapapun, setiap
malam membaca buku pelajarannya. (2). Motivasi dari luar yang berupa usaha
pembentukan dari orang lain. Motivasi ini sering sekali disebut dengan istilah
motivasi ekstrinsik. Misalnya: seorang siswa yang kurang rajin belajar kemudian
menjadi rajin dan giat belajar karena guru nya menjanjikan kepada siapa saja
yang memperoleh nilai terbaik pada mata pelajaran yang diajarnya akan diberikan
tiga seri buku Harry Porter.[6]
Pengembangan motivasi belajar subjek
didik, selain dilakukan melalui upaya secara langsung oleh guru, dapat juga
dilakukan oleh siswa itu sendiri dengan menggunakan “model latihan motivasi diri” (self-
motivation training model). Model ini dikembangkan berdasarkan “teknik pantau diri” (self-monitoring) dari
cormier. Dengan menggunakan motivasi diri, siswa dituntut secara aktif
mengembangkan motivasi belajarnya sendiri melalui aktivitas sendiri dari
memantaunya sendiri.[7]
Dalam
perilaku belajar terdapat motivasi belajar. Penguatan motivasi – motivasi
belajar berada ditangan para guru/pendidik dan anggota masyarakat lain. Guru
sebagai pendidik bertugas untuk memprkuat motivasi belajar selama minimum 9
tahun pada usia wajib belajar. Orang tua bertugas memperkuat motivasi belajar
sepanjang hayat. Ulama sebagai pendidik juga bertugas memperkuat motivasi
belajar sepanjang hayat.[8]
Motivasi
sangat penting dalam belajar, setiap individu mempunyai needs (kebutuhan) atau
wants(keinginan). Setiap kebutuhan atau keinginan perlu memperoleh pemenuhan.
Dalam batas tertentu upaya memenuhi kebuthan itu seringkali merupakan tujuan.
Jadi, jika kebutuhan tercapai, maka tujuan atau kebutuhan itu terpenuhi.
Sedangkan dorongan untuk memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan itu sendiri
merupakan motivasi. Agar belajar dapat mencapai hasil harus ada motivasi.[9]
[1] Dimyati dan Mudjiono, 2006. Belajar dan pembelajaran, Rineka cipta:
Jakarta, hlm. 5
[2] Ibid. Hlm. 7
[3] Sumiati dan Asra, 2007. Metode pembelajaran, Wacana Prima:
Bandung, hlm. 42
[4] Ibid. hlm.51
[5] Dimyati dan Mudjiono, Op.Cit.
hlm. 80
[6] Mohammad Asrori, 2007. Psikologi
pembelajaran, Wacana Prima: Bandung, hlm. 183
[7] Ibid.
hlm.187
[8] Dimyati dan Mudjiono, Op.Cit.
hlm. 94
[9] Sumiati dan Asra, Loc.Cit.